Kamis, 12 April 2012

Omed-omedan (unique bali kissing)



1332684478485709663

Warisan budaya yang satu ini sedikit agak unik. Semacam sebuah permainan. Permainan tarik- menarik atau dalam Bahasa Bali disebut med-medan atau omed-omedan. Warisan adat dan budaya ini hanya ada pada satu banjar dari sekian ribu banjar yang ada di Pulau Bali, yakni Banjar Kaja, Sesetan.



Tradisi ini warisan nenek moyang sejak dahulu. Dilakukan secara turun temurun. Salah seorang warga Banjar Kaja, menceritakan bahwa omed-omedan ini merupakan sebuah tradisi turun temurun. Sejak dahulu nenek moyang warga Banjar Kaja sudah melakukan omed-omedan.



Karena ini warisan maka pada beberapa kali tidak di lakuka pergelaran omed-omedan ini, salah seorang  wantilan puri jatuh sakit dan mendapat pewisik untk dilakukan lagi saat nyepi.



Omed-omedan ini hanya diikuti oleh muda-mudi atau seka teruna teruni Banjar Kaja. Orang tua tidak lagi diperbolehkan dan STT dari banjar lain juga tidak dilibatkan.

Banyak masayarakat luar memahami dan memandang, tradisi omed-omedan ini hanya sebatas cium-ciuman lalu disiram dengan air. Ternyata tidak demikian.


Secara rinci Perdana Putra mengurai, tradisi omed-omedan ini, dilakukan oleh dua kelompok yakni muda dan mudi. Pemuda berdiri membentuk barisan ke belakang dan saling berpelukan pada pinggang orang yang didepan. Demikian pula dengan kelompok pemudi. Jumlahnya tidak dibatasi.


“Dari asal kata dalam bahasa Bali omed-omedan kata dasarnya omed yang artinya tarik. Omed-omedan memiliki arti tarik-tarikan bukan cium-ciuman. Oleh karena itu jangan dipelsetkan,” ungkap Perdana Putra, mantan ketua STT Banjar Kaja tahun 2010.


Masayarakat luas harus memahami ini. Memahami dan mengerti bahwa Omed-omedan bukanlah cium-ciuman. Dahulu, omed-omedan hanya dilakukan hanya dengan tarik-tarikan, perkembangan zaman yang pesat lalu berubah ada ciuman. Pada saat sedang berciuman, air diguyur agar peserta tidak kepanasan dan ciumannya tidak menjadi lebih lama.



Pada saat dikasih aba-aba maka kelompok dua kelompok ini saling tarik menarik ke belakang, bertumpuh pada kaki dengan lengan di pingggang. Orang yang mengambil posisi di depan harus mampu berjalan ke depan sementara yang lain menarik berlawanan ke belakang. Saat orang yang didepan berhasil maju ke depan bertemu, disaat itulah keduanya berpelukan dan berciuman.



“Ciuman ini dilakukan ini tidak berdasarkan hawa napsu. Tidak ada napsu disana. Hanya having and fun. Merayakan kemenangan kebajikan atas ketidakbajikan, yang direnungkan pada malam nyepi,” ungkap Putu Desi atau biasa di sapa Yurin, Ketua STT Banjar Kaja tahun 2012. Kilasan cerita, ciuman saat omed-omedan baru berlangsung di era 1990-an. Bahkan ketika ditelisik lebih jauh ke belakang, saat sedang berlangsung prosesi omed-omedan ada dua babi muncul ditengah kerumunan dan berkelahi sampai berdarah-darah. Kejadian ini dipercaya oleh warga banjar sebagai sebuah anugerah sehingga oleh masyarakat Banjar Kaja dibuatlah Barong Babi.


Rasanya, hidup tidaklah lengkap sebagai STT Banjar Kaja bila, tidak mengikuti prosesi omed-omedan ini. menurut Perdana dan Yurin, prosesi ini digelar sebagai ajang saling mengenal. Mempererat rasa persaudaraan. Menjalin silahtuahmi. Dan memperdalam rasa kecintaannya sebagai anak-anak generasi penerus Banjar Kaja. “Ini tradisi kami. Kami merasa belum lengkap menjadi anak banjar ini, bila kami tidak mengikuti proses omed-omedan, toh ini dilakukan cuman sekali dalam setahun sehari setelah hari raya Nyepi. Dan kami bangga memiliki warisan tradisi ini,” tegas Yurin seraya berbisik Astungkara kepada Sang Hyang Widhi Wasa melalui doa dan persembahan kepada pendahulu Banjar Kaja karena telah memberikan warisan omed-omedan ini.
(dikutip dari Kompasiana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar